Design a site like this with WordPress.com
Mulakan

Insan Dunia Perlu Tegas Menuntut Koridor kemanusiaan Di Muriupol Dan Bandar Lain Yang Terkepung, Hampir 5,000 orang Terbunuh di Mariupol, 12 Wartawan Terbunuh, 3.8 Juta Menjadi Pelarian Sejak Pencerobohan

Hampir 5,000 orang terbunuh di Mariupol, kata pegawai tempatan Hampir 5,000 orang terbunuh di Mariupol sejak [“rejim pakatan sifat syaitan,Vladimir Putin” “Di”] Rusia melancarkan serangan ke atas bandar itu, kata jurucakap datuk bandar itu. Seorang wanita berjalan di luar hospital bersalin yang rosak akibat tembakan di Mariupol, pada 9 Mac [AP Photo/Evgeniy Maloletka] Memetik data […]

Note 29 Mar 2022 Ukrain : Seluruh #Insan Dunia Perlu Tegas Menuntut Koridor kemanusiaan Di Muriupol Dan Bandar Lain Yang Terkepung, Hampir 5,000 orang Terbunuh di Mariupol, 12 Wartawan Terbunuh, 3.8 Juta Menjadi Pelarian Sejak Pencerobohan “rejim pakatan sifat syaitan,Vladimir Putin” — #SaveInsan Save Insan | #InsanCare Insan Care

KITAB AL HIKAM DALAM TIMBANGAN ISLAM

KITAB AL HIKAM DALAM TIMBANGAN ISLAM

Oleh: Ustadz Abu Ahmad as Salafi hafizhahullah

Kitab al Hikam yang ditulis oleh Ibnu Atho’illah as Sakandari adalah kitab yang sangat popular di dunia dan juga di Indonesia. Kitab ini banyak dikaji di pondok-pondok pesantren dan bahkan di dalam siaran-siaran radio di banyak kota di Indonesia.

Kitab yang populer ini ternyata di dalamnya terdapat banyak sekali penyelewengan terhadap syari’at Islam. Karena itulah, insya Allah dalam pembahasan kali ini akan kami jelaskan kesesatan-kesesatan kitab ini sebagai nasihat keagamaan bagi saudara-saudara kami kaum muslimin dan sekaligus sebagai jawaban kami atas permintaan sebagian pembaca yang menanyakan isi kitab ini. Sebagai catatan, cetakan kitab yang kami jadikan acuan dalam pembahasan ini adalah cetakan Penerbit Balai Buku Surabaya.

KITAB AL HIKAM DALAM TIMBANGAN ISLAM

Penulisnya adalah Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Atho’ullah as Sakandari.

Aqidah Wihdatul Wujud

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 18-21:

“Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat di dalam segala sesuatu? Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat di dalam segala sesuatu? Bagaimana akan dapat di bayangkan bahwa Allah dapat di hijab oleh sesuatu, padahal Allah yang dzhohir sebelum adanya sesuatu? Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih nampak daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin akan dihijab oleh segala sesuatu, padahal Dia lah Yang Esa (tunggal) yang tidak ada bersamanya segala sesuatu?

Penulis juga berkata dalam hikmah nomor 46:

“Telah ada Allah, dan tiada sesuatu pun bersama-Nya, dan Dia kini sebagaimana ada-Nya semula.”

Kami katakan:

Ini adalah aqidah wihdatul wujud yang batil dan kufur. Aqidah tersebut merupakan kelanjutan daru pemikiran hulul. Pemikiran hulul dicetuskan pertama kali oleh Husain bin Manshur al Hallaj, ialah pemikiran kelompok Sufi yang menetapkan bahwa Allah menjelma pada segala sesuatu.

Menurut keyakinan wihdatul wujud tidak ada sesuatu pun kecuali Allah, segala sesuatu yang ada adalah penjelmaan Allah, tidak ada pemisahan antara al Kholiq dan makhluk. Keyakinan ini berasal dari pemikiran Hindu, Buddha, dan Majusi, sedangkan Islam berlepas diri dari keyakinan sesat ini.

Para pencetus pemikiran ini terbagi menjadi dua kelompok:

Kelompok yang memandang bahwasanya Allah azza wa jalla adalah roh dan bahwasanya alam adalah jisim (jasad) dari roh tersebut. Jika seorang manusia telah menyucikan dirinya maka dia akan bersatu dengan roh yaitu Allah.

Kelompok yang lain beranggapan bahwa seluruh yang ada di alam semesta tidak ada hakikat bagi wujudnya kecuali wujud Allah.[1] Mereka berkata,”Selama Allah adalah hakikatnya wujud alam yang nampak ini maka semua keyakinan yang ada adalah haq, berarti semua agama kembali kepada satu aqidah, yaitu bahwa semua agama adalah sama dan semua agama adalah benar!”

Para ulama kaum muslimin sepakat tentang kufurnya kelompok Sufi yang menganut keyakinan wihdatul wujud dan hulul. Demikian juga mereka (para ulama) mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan pemikiran-pemikiran ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Kekufuran mereka ini lebih besar daripada kekufuran orang-orang Yahudi, Nasrani dan Musyrikin Arab.” [2]

Berdo’a Kepada Allah Berarti Menuduh Allah

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 29:

“Permintaanmu dari Allah adalah menuduh Allah (khawatir tidak memberi kepadamu), dan permintaanmu untuk-Nya adalah ketidakhadiran-Nya darimu.”

Kami katakan:

Bagaimana dikatakan bahwa meminta kepada Allah adalah hal yang tercela, padahal Allah telah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya (yang artinya):

“Rabbmu berfirman : ‘Berdo’alah kepada-Ku pasti Aku kabulkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina.” [QS.Ghofir/40:60]

Bahkan Allah akan murka kepada orang-orang yang tidak mau meminta kepada-Nya sebagaimana di dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah ta’ala maka Allah murka kepadanya.” [HR.at Tirmidzi dalam Jami’ nya:5/456, dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohihul Jami’:2418]

Seorang penyair berkata:

“Allah murka jika engkau tidak minta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta maka dia marah.” [3]

Maka meminta kepada Allah adalah salah satu ibadah yang mulia sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Do’a itu ibadah.” [HR.at Tirmidzi dalam Jami’-nya: 5/211 dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan shohib. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohihul Jami’:3407)

Bolehkah Berdalil Atas Adanya Allah Dengan Adanya Alam Semesta?

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 29:

Jauh berbeda antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berdalil bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Allah. Orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam adalah orang yang mengenal haq dan meletakkan pada tempatnya, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah, karena ia tidak sampai kepada Allah. Maka bilakah Allah itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya? Dan bilakah Allah itu jauh sehingga adanya alam itu dapat menyampaikan kepadanya?

Kami katakan:

Allah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memikirkan ciptaan-ciptaan-Nya dan kemudian untuk beribadah semata-mata kepada-Nya. Allah azza wa jalla berfirman (yang artinya):

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya beribadah.” [QS.Fushshilat/41:37]

Dan Allah azza wa jalla berfirman (yang artinya):

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [QS.al Baqarah/221-22]

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah.” [4]

Ber-istidlal (berdalil) dengan adanya alam untuk menunjukkan keberadaan Allah adalah manhaj (metode) para imam Ahli Sunnah wal Jama’ah:

Al Imam Malik rahimahullah ditanya oleh Harun ar Rosyid tentang dalil atas wujudnya Allah maka beliau berdalil dengan perbedaan bahasa, suara dan nada.

Al Imam Abu Hanifah rahimahullah ketika ditanya oleh orang-orang zindiq tentang keberadaan Allah maka beliau berdalil tentang alam semesta yang sangat teratur yang tidak mungkin kecuali ada penciptanya.

Al Imam asy Syafi’i rahimahullah tatkala ditanya tentang dalil atas keberadaan Allah maka beliau berdalil dengan sebuah daun yang jika dimakan oleh ulat sutera maka akan mengeluarkan sutera, dan jika dimakan oleh lebah maka akan mengeluarkan madu, dan jika dimakan oleh kambing dan sapi maka akan mengeluarkan kotoran, dan jika dimakan oleh kijang misik maka akan mengeluarkan minyak misik, ini menunjukkan atas keagungan Pencipta.

Al Imam Ahmad rahimahullah keika ditanya tentang keberadaan Allah maka beliau berdalil dengan sebuah telur yang mati yang keluar darinya makhluk yang hidup. [5]

Ilmu Kasyaf

Penulis berkata dalam hikmah nomor 162-164

“Tempat terbitnya berbagai nur cahaya Ilahi itu dalam hati manusia dan rahasia-rahasianya. Nur cahaya yang tersimpan dalam hati itu datangnya dari nur yang datang langsung dari pembendaharaan yang ghaib.”

Kami katakan:

Inilah yang disebut sebagai Ilmu Kasyaf yang digambarkan oleh Ibnu ‘Arabi dengan perkataannya: “Sesungguhnya seseorang tidak akan sempurna di sisi kami dalam maqom ilmu sehingga ilmunya di ambil langsung dari Allah azza wa jalla…maka bukanlah ilmu melainkan yang berasa dari kasyaf dan syuhud.” [6]

Kaum sufi menyandarkan ajaran agama mereka kepada hawa nafsu mereka yang mereka namakan dengan kasyaf dan ilham. Mereka benar-benar menjauhi ilmu yang diambil dari para ulama Sunnah. Abu Yazid al Busthomi berkata kepada para ulama zamannya: “Kalian mengambil ilmu dari para ulama tulisan dari yang sudah mati dari yang sudah mati, sedangkan kami mengambil ilmu dari Dzat Yang Mahahidup yang tidak akan pernah mati, kami katakan: “Telah mengabarkan kepadaku hatiku dari Tuhanku!” [7]

Perkataan para dedengkot Sufi di atas menunjukkan betapa amat jahilnya mereka akan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan manhaj yang haq. Perkataan mereka ini mengandung ajakan kepada kaum muslimin agar meninggalkan semua kitab-kitab hadits yang mengandung sanad-sanad yang tsabit (terpercaya) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena para pemilik riwayat-riwayat ini sudah meninggal dunia, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri juga sudah meninggal dunia. Perkataan mereka ini sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin meskipun tampak seolah-olah perkataan yang tidak berarti.

Beramal Tanpa Mengharap Pahala

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 255:

“Bukanlah seorang yang mencintai itu yang meminta apa-apa dari yang dicintai, melainkan seorang yang cinta kasih itu sesungguhnya ialah yang berkorban untukmu, bukan yang engkau beri apa-apa kepadanya.”

Penulis juga berkaa di dalam hikmah nomor 265:

“Bagaimana engkau akan meminta upah terhadap sutu amal yang Allah sendiri menyedekahkan kepadamu  amal itu, atau bagaimanakah engkau minta balasan atas suatu keikhlasan padahal Allah sendiri yang memberi hidayah keikhlasan itu kepadamu?

Kami katakan:

Demikianlah kaum Sufi melandaskan ibadah hanya pada mahabbah (kecintaan) dan mengabaikan segi yang lainnya seperti khouf dan roja’, sebagaimana perkataan sebagian mereka: “Aku menyembah Allah bukan karena mengharap surga dan takut kepada neraka.”

Tidak syak lagi bahwasanya kecintaan kepada Allah adalah landasan ibadah. Hanya, ibadah tidak lah terbatas pada mahabbah saja. Masih banyak segi-segi lain ibadah seperti khouf, roja’, khudhu’, do’a dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Ibadah adalah nama yang meliputi semua yang dicintai dan diridhoi oleh Allah dari perkataan dan perbuatan yang tampak dan tidak tampak.”

Allah menyifati para nabi dan rosul-Nya bahwasanya mereka beribadah kepada Allah dan bahwasanya mereka selalu mengharap rahmat Allah dan takut kepada Allah (yang artinya):

“….Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” [QS.al Isra’/17:57]

Dan diantara do’a yang sering diucapkan oleh penghulu anak Adam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:

“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu surga serta (dari) perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka serta (dari) perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-Nya: 2/1264 dan dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohih Sunan Ibnu Majah]

Penutup

Inilah yang bisa kami paparkan dengan ringkas kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam kitab al Hikam. Sebetulnya masih banyak kesalahan lain kitab ini yang perlu dijelaskan tetapi insya Allah yang telah kami paparkan sudah bisa memberikan peringatan kepada kita tentang hakikat kitab ini.

Semoga Allah selalu menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan mengikutinya. Aamiin. Wallahu A’lam bishshowab.

Note:

[1] Shufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan hal.206-207

[2] Majmu’ Fatawa: 2/296

[3] Ibid

[4] Tafsir al Qur’an al-‘Azhim: 1/76

[5] Tafsir Ibnu Katsir: 1/77-78

[6] Thobaqoh Sya’roni: 1/5

[7] Ibid

Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 10 Thn.XIII, Jumadil Ula 1430/Mei 2009, Hal.40-43

7 PANDUAN MEMILIH TEMAN YANG BAIK – IMAM SYAFIE

7 PANDUAN MEMILIH TEMAN YANG BAIK – IMAM SYAFIE

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

“Orang yang tidak menjagamu melainkan karena terpaksa, tinggalkan dia dan tidak perlu banyak menyesal

orang seperti itu akan ada gantinya, dengan meninggalkan mereka ada ketenangan, hati juga punya kesabaran buat yang dikasihi meski ia keras hati

Orang yang engkau cintai belum tentu mencintaimu, dan orang yang kamu perlakukan baik belum tentu ia baik pula

Apabila tulus dalam berkawan mempengaruhi perilaku, maka orang yang terpaksa datang tidak akan membawa kebaikan

Tidak layak seorang sahabat menghianati sahabatnya, dan membenci setelah ia dikasihi

Ia mengingkari kehidupan yang telah berlalu, namun memperlihatkan rahasia-rahasia masa lalu

Selamat tinggal wahai dunia apabila memang tidak terdapat, sahabat yang jujur setia dan sadar”

 •┈┈┈┈••❁💠❁••┈┈┈┈•

قال الإمامُ الشافعيُّ محمد بن إدريس المتوفى سنة 204 هجرية رضي الله عنه:

إذا المرء ﻻ يرعاك إﻻ تكلفا ★

فدعه وﻻ تكثر عليه التأسفا 

ففي الناس أبدال وفي الترك راحة ★

وفي القلب صبر للحبيب ولو جفا

فما كل من تهواه يهواك قلبه ★

وﻻ كل من صافيته لك قد صفا

إذا لم يكن صفو الوداد طبيعة ★

فلا خير في ود يجيء تكلفا

وﻻ خير في خل يخون خليله ★

ويلقاه من بعد المودة بالجفا

وينكر عيشا قد تقادم عهده ★

ويظهر سرا كان باﻷمس في خفا

سلام على الدنيا إذا لم يكن بها ★

صديق صدوق يصدق  الوعد منصفا

ADAB MENYAMPAIKAN NASIHAT -IMAM SYAFIE

ADAB MENYAMPAIKAN NASIHAT

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri,

Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian

Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu

Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya

Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku,

Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti”

●───✸✸☘🌸☘✸✸───●

قال الإمام الشافعي رحمه الله:

تعمدني بنصحك في انفرادي ★

وجنبْني النصيحة في الجماعهْ

فإن النصح بين الناس نوع ★

من التوبيخ لا أرضى استماعهْ

وإن خالفتني وعصيت قولي ★

فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

Renungan Bersama

Menangisi Masa Lalu Yang Terbuang Percuma

“Mataku mencucurkan deraian air mata, bagaimana mungkin tak kutangisi kebaikan yang terlewatkan

(menangis) atas usia yang berlalu, dihabiskan ‘tuk angan-angan yang memperdaya dan amal yang memalingkan (dari Allah)

atas hari-hari yang berlalu, yang menipu dan karena itu aku menjadi tawanan perbuatan-perbuatan busuk,

atas bunga-bunga kehidupan ketika digugurkan angin impian dan persangkaan yang menipu

atas waktu-waktu berharga yang kulalaikan di medan kealpaan, di antara sesuatu yang sia-sia dan tak berguna….”

تفيض عيوني بالدموع السواكب ٭

وما لي لا أبكي على خير ذاهب

على العمر إذ ولى وحان انقضائه ٭

بآمال مغرور وأعمال ناكب

على غرر الأيام لما تصرمت ٭

وأصبحت منها زهن شؤم المكاسب

على زهرات العيش لما تساقطت ٭

بريح الأماني والظنون الكواذب

على أشرف الأوقات لما غبنتها ٭

باسواق غبن بين لاه ولاعب

“atas saat-saat yang terlalai dan terlalui dalam kelengahan dan kehancuran,

atas masa tangguh yang kuhabiskan sia-sia, tanpa manfaat ilmu yang bermanfaat atau (menunaikan) kewajiban

atas masa lampau, yang kugunakan dan kuhabiskan dalam kedustaan dan ketidakbenaran,

atas peluang-peluang yang seandainya kupergunakan, niscaya ‘kan kucapai keinginan-keinginan mulia

atas sebagian waktu dari masa yang tlah berlalu, yang terbuang demi keinginan-keinginan

atas lembaran-lembaran yang dipenuhi dengan dosa, kedurhakaan, aniaya dan banyak cela,

atas banyaknya kesalahan, aib, ketergelinciran dan keburukan yang akibatnya menakutkan

atas jiwa yang memperturutkan syahwat, dengan tabiat yang selalu menggoda dan menguasai

atas sikapku yang mendahulukan dunia yang hina, yang merupakan penghalang dan penuh dengan cacat,

atas amal yang tak sesuai ilmu, (padahal) apalah arti ilmu tanpa amal?

atas ketaatan tanpa tujuan, keikhlasan dan hati yang terjaga….”

********

على أنفس الساعات لما أضعتها ٭

وقضيتها في غفلة ومعاطب

على صرفي الأنفاس في غير طائل ٭

ولا نافع في فضل علم وواجب

على ما تولى من زمان قضيته ٭

وزجيته في غير حق وصائب

على فرص كانت ولو أنني انتهز ٭

تها نلت فيها من شريف المطالب

وأحيان آناء من الدهر قد مضت ٭

ضياعا وكانت موسماللرغائب

على صحف مشحونة بمآثم ٭

وجرم وأوزار وكم من مثالب

على كم ذنوب كم عيوب وزلة ٭

وسيئة مخشية في العواقب

على شهوات كانت النفس اقدمت ٭

عليها بطبع مستحث وغالب

على أنني آثرت دنيا دنية ٭

منغصة مشحونة بالمعايب

على عمل للعلم غير موافق ٭

وما فضل علم دون فعل مناسب

على فعل طاعات بغير توجه ٭

ومن غير إخلاص وقلب مراقب

“aku shalat lima waktu, sedang hatiku berkelana ke setiap lembah lintasan hati dari segala sisi;

aku membaca Al Qur’an, Kitab-Nya Yang Maha Tinggi dengan hati lalai tanpa rasa takut;

aku mengingat Allah, penciptaku, tanpa kehadiran hati yang berkelanjutan dan menyertai

Atas angan-angan panjang yang banyak tipu dayanya, dan (aku) lupa akan kematian, yang adalah hal gaib terdekat,

atas (betapa) aku tak mengingat kubur dan kepunahan yang banyak terjadi, serta perjalanan pergi yang tak pernah kembali,

atas kelalaianku akan Hari Kebangkitan, mahsyar, penampakan aib, dan ditimbangnya amalku, serta semua yang menyulitkan itu,

tempat-tempat yang karena kedahsyatan dan bencananya, rambut anak-anak yang berombak jadi beruban

…………..”

اصلي صلاة الخمس والقلب جائل ٭

بأودية الوسواس من كل جانب

على أنني أتلو القرآن كتابه ٭

تعالى بقلب ذاهل غير راهب

على أنني قد أذكر الله خالقي ٭

بغير حضور لازم ومصاحب

على طول آمال كثير غرورها ٭

ونسيان موت وهو أقرب غائب

على أنني لا أذكر القبر والبلى ٭

كثيرا وسفرا ذاهبا غير آيب

على أنني عن يوم بعثي ومحشري ٭

وعرضي وميزاني وتلك المصاعب

مواقف من أهوالها وخطوبها ٭

يشيب من الولدان شعر الذوائب

3 PUNCA ORANG MUKMIN TETAP MENINGGALKAN MAKSIAT

Apa saja yang dapat menyebabkan hati menjadi teguh dalam meninggalkan maksiat?

✅ Jawaban:

Hati seorang mukmin dapat menjadi teguh dan kokoh untuk meninggalkan maksiat dengan cara menetap di tempat pelarian yang benar

(Fafirruu ila Allah…..

Berlarilah menuju Allah..)

Untuk dapat menggapainya, tempuhlah cara-cara berikut:

1. Renungkanlah akibat buruk dari dosa, bahayanya, dampak negatifnya, tempat kembalinya menjijikkan, dan berakhir dengan buruk

2. Menjauh dari pelaku dosa dan jangan dengarkan perkataannya

3. Bersedang-sedang dalam makan, minum dan berpakaian. Sederhanalah, jauhi kenyang dan berlebih-lebihan

Para ulama’ menyebutkan, bahwa menjaga diri dari maksiat, bisa dilakukan dengan cara menjaga 4 hal dari 4 hal yang lain:

1. Menjaga perut dari kekenyangan

2. Menjaga mata dari memandang (menjaga pandangan dari maksiat)

3. Menjaga lisan dari bicara (hal yang tidak bermanfaat)

4. Menjaga hati dari berpikir (hindari pikiran negatif)

ــــــــــــــــــــــــــ❀💠❀💠❀💠❀ــــــــــــــــــــــــ

السؤال: ما هي الأسباب التي تجعل نفس المؤمن موطنة على ترك المعاصي؟

————————————————-

الجواب: تتوطن نفس المؤمن على ترك المعاصي باتخاذ القرار مع صدق الفرار… (ففروا الى الله)…

وتحصيل ذلك يكون بما يلي:

١. باستخضار شؤم الذنب ومضرته ومعرته وسوء عاقبته وقباحة مصيره ونهايته

٢. البعد عن اهل الذنوب و عن الإستماع الى اقاويلهم

٣. استعمال الإعتدال في المأكول والمشروب والملبوس ، فتعتدل في أكلك وشربك ولباسك ونبتعد عن الشبع والإسراف

وكانوا يذكرون أن الحفظ من المعاصي يكون بحغظ اربعة عن اربع: حفظ البطن من الشبع وحفظ العين من النظر وحفظ اللسان من الكلام وحفظ القلب من الفكر

Jangan Mencaci Apabila Anda Dicaci

Mutiara Kata Ulamak

إذا سمعتم أذى من هنا أو من هناك ، عنكم أو عن أصحابكم أو عن شيوخكم ، فانظروا ما قال الله في مقابلة هذا الأذى ، كما قال الرسل لمن آذاهم : (ولنصبرنّ على ما آذيتمونا)، لا تسبوا وإن سبوا ، لا تؤذوا وإن آذوا ، وقابلوا سبهم وأذاهم بأدبكم مع الله ، وبرجائكم في الله ، وبدعوتهم إلى الله تعالى .. أُدْميَ وجهه صلى الله عليه وسلم فتلقى الدم وقال : اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون …

“Ketika kau dengar cacian dari sana-sini, dirimu, sahabatmu, gurumu dicaci maki, maka renungkanlah apa yang difirmankan Allah, sebagaimana ucapan para Rasul kepada orang yang menyakitinya

“Sungguh!, kami akan tetap bersabar terhadap apa yang kalian lakukan…”

Jangan mencaci, sekalipun dicaci. Jangan menyakiti meski disakiti. Hadapilah semua itu dengan adabmu kepada Allah, dengan pengharapanmu kepada Allah, dengan tetap mendoakan mereka kepada Allah….

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilempari hingga darah mengucur dari wajahnya. Dalam keadaan seperti itu, beliau berdoa:

“Ya Allah berikan hidayah pada kaumku, karena mereka belum mengerti”

3 Makhluk Ciptaan Allah Yang Berbeza-Imam Al-Ghazali

يقول الغزالي : ” إن الله تعالى خلق الخلق على ثلاثة ضروب : خلق الملائكة وركب فيهم العقل ، ولم يركب فيهم الشهوة ، وخلق البهائم وركب فيها الشهوة ، ولم يركب فيها العقل ، وخلق ابن آدم وركب فيه العقل والشهوة ، فمن غلبت شهوته عقله فالبهائم خير منه ، ومن غلب عقله شهوته ، فهو خير من الملائكة ” [ مكاشفة القلوب12]

Imam Ghazali berkata :

Allah menciptakan makhkuqNya dgn diberi 3 macam,

Allah menciptakan malaikat dgn hanya diberi akal tanpa syahwat..

Allah menciptakan binatang dgn hanya diberi syahwat tanpa akal..

Allah menciptakan manusia dgn diberi akal dan syhwat..

Maka apabila manusia lbh mementingkan syahwatnya drvpada akalnya niscaya binatang lbh baik darinya, tetapi apabila lebih mementingkan akalnya dr pada syahwatnya maka dia akan lebih baik dr malaikat..

Petikan dr kitab Mukasyafatul Qulub