Ciri yang membezakan manusia dan haiwan adalah ilmu.
Manusia adalah manusia mulia yang menjadikan mulia adalah ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.
Ciri yang membezakan manusia dan haiwan adalah ilmu.
Manusia adalah manusia mulia yang menjadikan mulia adalah ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.
TUJUH HAL YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR…
🌴🌴🌴
(سبع يجري للعبد أجرهنّ وهو في قبره بعد موته)
Tujuh hal yang pahalanya mengalir kepada hamba sementara hamba itu di dalam kuburnya setelah ia meninggal dunia
عن أنس رضي الله عنه،قال:
Dari Anas semoga Allah meridhoinya:
قال رسولُ الله صلى الله عليه و سلم:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرهُنَّ،وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ:
🌴🌴🌴
TUJUH HAL yang pahalanya mengalir kepada hamba sementara hamba itu di dalam kuburnya setelah ia meninggal dunia
1️⃣
مَنْ عَلَّمَ عِلْماً،
Orang yang mengajarkan satu ilmu,
2️⃣
أَوْ أَجْرَى نَهراً،
Atau yang mengalirkan satu sungai,
3️⃣
أَوْ حَفَرَ بِئْراً،
Atau yang menggali sumur,
4️⃣
أَوْ غَرَسَ نَخْلاً،
Atau yang menanam sebatang korma,
5️⃣
أَوْ بَنَى مَسْجِداً،
Atau membangun sebuah masjid,
6️⃣
أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفاً،
Atau mewariskan (membagi) sebuah mushhaf al Qur’an,
7️⃣
أَوْ تَرَكَ وَلَداً يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ)).
Atau meninggalkan seorang anak yang akan mendo’akannya setelah ia meninggal.
[حسّنه العلاّمة الألباني رحمه الله،في صحيح الجامع ٣٦٠٢]
Hadis dihasankan oleh al Allamaj al Albani, di shahih al Jami’ 3602
🌴🌴🌴
كُنْ مِفْتَاحاً لِلْخَيرِ وَانْشُر
Jadilah anda sebagai pembuka kebaikan dan sebarkanlah… C&P.
Wanita yang sangat Istimewa
Sebagian orang, menganggap bahwa Islam sangat membelenggu kaum wanita.
Buktinya dalam berpakaian di luar rumah mereka harus mengenakan jilbab dan pakaian yang menutup hampir seluruh tubuhnya.
Terlihat logis, namun, sebenarnya ada sisi lain yang tidak mereka lihat atau sengaja mereka sembunyikan.
Coba anda renungkan beberapa hal berikut Ini:
1. Yang memerintahkan Muslimah berjilbab adalah Allah Ta’ala:
هَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Surat Al-Ahzab: 59)
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Bijaksana dan Maha Tahu maslahat hambaNya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Bahwa kasih sayang Allah kepada hambaNya jauh lebih dahsyat, daripada kasih sayang seorang ibu kepada anak kecil yang disusuinya”.
(HR. Bukhari: 5999, Muslim: 2754).
Anda tentu yakin semua perintah ibu, pasti untuk kebaikan anda, tidak mungkin bertujuan buruk.
Begitu pula Allah, bahkan Allah jauh melebihi ibu anda, ketika Allah memerintahkan jilbab, tentu yang Allah inginkan kebaikan, bukan keburukan.
2. Lihatlah alam sekitar anda, semua benda yang ditutupi pasti akan terjaga dan terlindungi dengan baik, ini adalah salah satu sisi kebaikan yang Allah inginkan dari syariat jilbab.
Lihatlah bagaimana permen harus selalu terbungkus dengan sempurna, agar terjaga baik dan bersih, bahkan saat terjatuh ke tanah, dia akan tetap terjaga baik.
Coba bayangkan bila dia terbuka tanpa penutup, tentunya tidak lama akan lusuh, kotor, pudar, dan rusak, bahkan walaupun belum jatuh ke tanah.
Lihatlah buah-buahan, tanpa kulitnya, isinya akan rusak, dengan penutup itulah isinya akan terjaga dengan baik, bersih, dan segar.
Bahkan seringkali para petani memberi bungkusan tambahan saat masih kecil, agar ketika buah-buah itu besar dan matang, dia dalam keadaan bersih, indah, dan terjaga dari gangguan alam.
Dan lihatlah bumi, bagaimana Allah menjaganya dengan lapisan tebal, agar terjaga dari gempuran gangguan dari luar angkasa, coba bayangkan kerusakan yang bumi alami tanpa penutup itu.
3. Memang dengan penutup Jilbab atau Hijab, seorang Muslimah tidak akan bebas bergerak diluar rumah.
Namun, bila dipikir lebih dalam, bukankah dengan itu, seorang muslimah akan diposisikan sebagai seorang yang terhormat dan mulia…?
Muslimah tidak akan mencari pekerjaan yang tidak sesuai dengan fitrahnya yang halus dan jilbabnya yang mulia.
Ia akan kreatif mencari dan memilih pekerjaan yang menjaga tubuh, kehormatan, dan agamanya, sedangkan jatah rejeki dia sudah Allah jamin sampai kepadanya, apapun keadaannya.
Bahkan sebenarnya dia tidak boleh bekerja, kecuali bila diizinkan oleh suaminya, atau ayahnya (bagi yang belum menikah).
Itulah Islam, yang memuliakan dan memanjakan seorang Muslimah.
Muslimah tidak memerlukan banyak produk kecantikan, karena jilbabnya sudah sangat melindungi kulitnya dan menjaga dengan baik keindahannya.
Sungguh kasian orang yang telah diperbudak setan, setelah dia membuka jilbabnya, dia harus menjaga kulitnya yang terpapar sinar matahari dan polusi.
Dia harus menjaga rambutnya agar terus terlihat wah, model pakaiannya menjadi berlusin lusin agar tampak istimewa, dan hal lain yang menjadi beban baginya.
Lalu apa yang dia dapatkan setelahnya, tidak lain hanya sanjungan dari makhluk yang serba lemah dan terbatas, atau kebencian dari orang yang iri dan dengki dengan kebaikan fisiknya.
Dan setelah itu semua, dia harus menanggung siksa Allah karena maksiat membuka aurat dan menarik pandangan haram orang lain kepadanya, na’udzubillah.
Dengan memakai jilbab, seorang muslimah akan banyak mendapatkan pahala, selama dia memakaikan jilbabnya, maka selama itu pula dia mendapatkan pahala.
Semakin tertutup rapat, semakin besar pahalanya, semakin berat cobaan dari lingkungan sekitar, semakin berat pula timbangan pahalanya.
Sebaliknya, membuka aurat adalah dosa, semakin lama membukanya, semakin banyak dosanya, semakin banyak orang yang melihat aurat itu, semakin banyak pula dosanya.
Dan semakin terbuka auratnya, semakin terbuka lebar pula dosanya, ingatlah, semua akan anda pertanggung jawabkan sendiri di hadapan-Nya.
“Jilbab adalah keistimewaan bagi kami, mereka menjadi terhormat di mata manusia, dan semakin mulia di sisi Allah Ta’ala”.
Kita tutup group ini dengan membaca do’a Kafaratul Majelis :
سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰه إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُك وَ أَتُوبُ إِلَيْكَ
“Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik”
“Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu”
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ C&P.
SAAT ITU PASTI AKAN DATANG
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
Lihatlah teman-teman yang kemarin telah mendahuluimu, dahulu mereka bersama-sama denganmu merasakan berbagai kenikmatan.
Mereka makan sebagaimana kamu makan dan mereka minum sebagaimana kamu minum, sekarang mereka sedang tergadaikan dengan amalan-amalannya.
Begitu juga denganmu akan datang waktu itu kepadamu, baik cepat atau lambat.
Allah Ta’ala berfirman,
{ يٰٓأَيُّهَا الْإِنسٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيهِ }
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”
(QS. Al-Insyiqaq:6)
Maka gunakanlah kesempatan (hidup) ini, wahai saudaraku, gunakanlah kesempatan ini, karena pada hari kiamat tidak akan bermanfaat bagimu harta, anak keturunan dan keluarga.
{ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ }
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat”
Aku memohon kepada Allah agar menjadikan aku dan kalian semua termasuk orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat, dan agar mewafatkan kita di atas iman dan tauhid.
Sesungguhnya Allah Maha mampu atas segala sesuatu.
Sumber:
Syarhu Riyadhis Shalihin 5/154
Semoga Allah memberikan Hidayah dan Rahmat-Nya serta menerima amal ibadah kita.
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ C&P.
SUNGGUH SANGAT MENGHAIRANKAN
Orang yang sakit, biasanya pergi ke dokter, dokter akan memberikan resep obat kepadanya, lalu dia akan pergi ke apotek untuk membeli obat sesuai resep dokter itu.
Dia akan meminum obat tersebut, meskipun dia tidak tahu bahan obatnya, meskipun dia tidak paham dasar ilmiah yang dijadikan dokter untuk memberikan resepnya.
Dia mau minum obat tersebut, dengan rasanya yang pahit, dan ia mau mengikuti aturan pakainya, sesuai takarannya, bahkan mungkin saja dia mau bangun dari tidur pulasnya hanya untuk meminumnya.
Semuanya itu dia lakukan, karena merasa yakin kepada dokter, dan berharap sembuh dari sakitnya.
Sungguh sangat mengherankan jika orang yang demikian dalam menyikapi resep dokter, kemudian saat datang kepadanya dalil berupa firman Allah dan hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam; dia menolaknya, dengan alasan karena belum jelas baginya maslahat atau hikmah dari penerapan dalil tersebut.
Saudaraku, kita tidak mengajak meniadakan akal, karena taklif (beban syariat) sangat berkaitan dengan akal, sebaliknya, kita mengajak untuk berpikir lebih jauh, dan menjaga adab dan akhlak terhadap Allah, pencipta kita semua.
Janganlah engkau menuduh buruk hukum hukum syariat yang hikmahnya belum tampak bagimu, atau mungkin saja akalmu belum mampu menjangkaunya.
Saudaraku, paling tidak, yakinlah bahwa Allah jauh lebih menyayangimu melebihi dokter yang engkau percaya dalam resep obatnya.
Yakinlah bahwa Allah tidak akan mengarahkanmu kepada sesuatu, kecuali ada kebaikan padanya untuk duniamu dan akhiratmu.
Jadikanlah hatimu menerima dan lapang terhadap hukum-hukum Allah, tundukkanlah akalmu kepada syariat-Nya.
Jadikanlah semboyanmu pada apapun yang belum mampu engkau cerna dengan baik dalam syariat ini:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal”.
(Al-i-Imraan (3:7))
Kita tutup group ini dengan membaca do’a Kafaratul Majelis :
سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰه إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُك وَ أَتُوبُ إِلَيْكَ
“Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik”
“Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu”
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ C&P.
JANGAN SAMPAI ANDA TERLENA
👤 Hatim Al-Ashom rahimahullahu ta’ala mengatakan:
“Jangan terlena dengan keberadaanmu di tempat yang baik, karena tidak ada tempat yang lebih baik dari surga, tapi nyatanya Adam ‘alaihi sallam mendapati apa yang sudah dia dapati.
Jangan pula terlena dengan banyaknya ibadah, karena iblis setelah ibadah lamanya ternyata menjumpai apa yang dia jumpai.
Jangan pula terlena dengan banyaknya ilmu, karena Bal’am bin Ba’uro telah menjumpai apa yang dia jumpai, padahal dia telah tahu nama Allah ﷻ yang paling Agung (Al-Ismul A’zhom).
Dan jangan pula terlena karena telah bertemu dan melihat orang-orang shalih, karena tidak ada orang yang lebih shalih dari Nabi ﷺ , tapi ternyata pertemuan dengan Beliau ﷺ tidak memberikan manfaat untuk para musuh Beliau ﷺ dan kaum munafikin”.
📗 (Madarijus Salikin, Ibnul Qoyyim, 1/510). C&P.
TIDAK LAYAK DIJADIKAN GURU ORANG YANG MENGINGKARI ALLAH DI ATAS ARSY
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah nama-nama yang Maha baik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya itu. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [Al-A’rof: 180]
Di dalam ayat yang mulia ini Allah ‘azza wa jalla memerintahkan untuk meninggalkan orang-orang yang menyimpang di dalam nama-nama-Nya, dan diantara bentuk penyimpangan adalah tidak mengimani sifat yang terkandung di dalam nama Allah tersebut.
Sebagai contoh, Allah bernama Al-‘Aliy, Yang Maha Tinggi, diantara maknanya adalah Allah maha tinggi di atas segala sesuatu, di atas langit yang ketujuh, di atas ‘arsy.
Dan aqidah ini juga berdasarkan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan inilah aqidah Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallaahu’anhum. Maka siapa yang menyelisihi aqidah ini, ia termasuk golongan yang menyimpang, tidak layak dijadikan guru.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Dan akan berpecah umatku menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474] C&P.
SEBELUM MEMBICARAKAN JELEK SAUDARAMU
🌴🌴🌴
Kadang kita membicarakan jelek orang lain (ghibah), padahal diri kita sendiri penuh kekurangan. Seharusnya kita pandai bercermin, melihat kekurangan sendiri.
Sebagian wanita yang berjilbab kecil, kadang berkomentar sinis pada ibu berjilbab syar’i, “Idih, jilbab gede ini, kayak teroris saja.”
🌴🌴🌴
Sebagian kita lagi membicarakan kelakuan jelek tetangganya, “Itu loh tetangga kita, punya mobil baru lagi, benar-benar tak pernah puas dengan dunia.”
Sebelum membicarakan jelek saudaramu, coba pikirkan hadits ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذْلَ- أَوْ الجَذْعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 592, riwayat yang shahih)
🌴🌴🌴
Maksud perkataan sahabat Abu Hurairah di atas adalah sama seperti pepatah dalam bahasa kita “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak”.
Artinya, aib orang lain sebenarnya kita tidak tahu seluruhnya. Selalu kita katakan mereka jelek, mereka sombong, mereka sok alim, dan cap jelek lainnya. Sedangkan aib kita, kita yang lebih tahu. Kalau aib orang lain kita hanya tahunya “kecil” makanya Abu Hurairah ungkapkan dengan istilah “kotoran kecil di mata”. Namun aib kita, kita yang lebih tahu akan “besarnya”, maka dipakai dalam hadits dengan kata “kayu besar”. Sebenarnya kita yang lebih tahu akan kekurangan kita yang begitu banyak. C&P.
Hindari dan Jauhi dua hal ini
Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:
Kekhawatiran, kegalauan, dan kesedihan itu datangnya dari dua arah:
Salah satunya:
Dari cinta dunia dan terlalu berhasrat kepadanya.
Yang kedua:
Dari kurangnya amal kebaikan dan ketaatan”.
[Kitab: Uddatus Shabirin, hal: 317]
Oleh karenanya, kebahagian itu sebenarnya bukan karena harta atau nikmat dunia.
Betapa banyak orang yang bergelimang harta dan nikmat dunia, tapi hatinya kering dan tidak merasakan kebahagiaan dan ketenangan.
Itulah diantara sebab mengapa dunia dikatakan menipu, seakan dia yang membahagiakan, padahal kenyataannya tidak demikian.
Allah Ta’ala berfirman
Artinya:
“Jangan sampai kehidupan dunia itu menipu kalian.”
[QS. Luqman: 33]
“Sungguh Allah hanyalah ingin mengazab mereka (kaum munafikin) dengan harta dan anak-anak itu di kehidupan dunianya”.
[QS. At-Taubah:55]
Kebahagiaan itu karena hati kita sudah tidak lagi bergantung kepada apapun selain kepada Allah, ketika hati merasa begitu dekat dengan Allah yang paling dicinta.
Kebahagiaan itu ketika hati kita bersih, dengan asupan yang tepat untuk kebahagiannya, yaitu dzikir dan amal ketaan kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana dalam firman-Nya
Artinya:
“Ingatlah, bahwa dengan berdzikir hati-hati itu akan tenang (bahagia)”.
[QS. Ar-Ra’d: 28]
“Siapapun yang beramal saleh dalam keadaan beriman, baik pria maupun wanita, maka Kami benar-benar akan jadikan baginya kehidupan yang baik”.
[QS. An-Nahl: 97]
Semoga Allah memberikan Hidayah dan Rahmat-Nya serta menerima amal ibadah kita.
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ C&P.
HIDUP ADALAH MENANAM
Seorang mukmin akan senantiasa menanam berbagai kebaikan dalam hidupnya, tak perduli mana satu dari kebaikan yang dia semai di dunia kan berbuah balasan terbaik di akhirat kelak.
Hidup seorang mukmin bagaikan petani yang berusaha menyemai benih di ladang yang telah disterilkan dari berbagai gulma dan hama, di tanah yang telah dibajak.
Ia tak pernah tau mana satu dari sekian ribu benih yang ditanam, yang akan tumbuh membesar, berbuah dan menghasilkan panen raya.
Ia tak peduli bilamana diantara sekian benih tersebut akan ada yang tak tumbuh, mengering dan mati, yang dibenaknya adalah bekerja maksimal menyempurnakan ikhtiar dan bertawakkal pada Sang Penciptanya.
Dunia ini adalah ladangmu, tanamilah ia dengan benih kebaikan sebanyak yang kau mampu, terus beramal dan jangan pernah berhenti kecuali kematian yang menghentikanmu, sebab engkau tak tau mana satu dari apa yang kau upayakan itu kan menjadi penyelamatmu di akhirat.
Bagaikan gulma dan hama perusak tanah dan tanaman, maka perusak amal tertolak itu amatlah banyak,
ada riya, ada ujub,ada sombong, ada perasaan telah berjasa atas Islam dan agama, ada keinginan untuk menjadi orang terkenal dan populer, viral di dunia maya, yang semuanya adalah gulma hati.
Ada pula kesyirikan, bid’ah dalam beribadah, khurafat dan takhayul yang semua merupakan hama bagi hati.
Alangkah banyaknya penawar dari ramuan Alquran dan Sunnah yang dapat membasmi gulma dan hati di atas, sekiranya kita mau berobat dengannya.
Namun obat tersebut tak mampu dibeli dengan dinar dan dirham, dia hanya kan dapat dibayar tunai di taman syurga, majlis ilmu dan dihadapan para ulama.
Semoga Allah memberikan Hidayah dan Rahmat-Nya serta menerima amal ibadah kita.
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ C&P.