Design a site like this with WordPress.com
Mulakan

Menjadi Umat Nabi Muhammad SAW

edisi 170

Alhamdulillahi wa kafa. Wasshalatu wassalamu ala Rasulinal musthafa. Tsumma ala alihi wa ashabihi alladzina hum ashabul huda. Amma ba’du:

Semua orang dapat mengaku sebagai pengikut Nabi SAW. Semua orang juga boleh menyatakan mengidolakan Nabi SAW. Juga mengikrarkan diri sebagai pembela Nabi SAW yang sebenarnya. Semua itu sah-sah saja.

Tapi harus diinggat bahwa teori iman itu sederhana. Iman itu kombinasi keyakinan, pernyataan dan perbuatan. Ketiganya satu kesatuan. Satu bagian yang diabaikan menjadi indikasi cacat iman.

Baca juga: Merawat Hidayah Di Zaman Fitnah

Rumus ini pun berlaku dalam iman kepada Rasulullah SAW. Ketiga faktor di atas harus digenapi.

Maka ketika seseorang lantang berkata, “saya umat Rasulullah SAW”. Tapi belum yakin apakah sistem khilafah layak diterapkan di masa kini, di negeri multi kultur yang menjunjung tinggi toleransi. Maka imannya kepada Rasulullah SAW pasti belum sempurna. Bukankah khilafah itu merupakan sistem kepemimpinan yang Rasulullah SAW wariskan?

Pembaca rahimakumullah

Kalimat tauhid yang kita ucapkan setiap hari sebenarnya terdiri dari dua bagian pengakuan; syahadat tauhid dan syahadat rasul. Syahadat tauhid berisi pengakuan akan rububiyyah Allah. Bagian syahadat kedua merupakan pengakuan bahwa Nabi Muhammad rasul utusan Allah terakhir.

Iman kepada Rasulullah SAW itu sederhana. Yaitu memebenarkan risalahnya, menaati perintah dan menjauhi larangannya, dan menjalankan syariat yang dibawanya.

Baca jugaCinta Nabi Loyalitas Tanpa Batas

Namun, prinsip yang jauh dari kata rumit ini justru tidak kita temukan secara ideal dalam kehidupan nyata. Indikasinya pun mudah dibaca. Banyaknya orang yang mengaku umat Nabi SAW, namun menolak syariat yang beliau ajarkan. Ada yang tidak singkron antara lisan dan kenyataan.

Inilah salah satu faktor yang mendorong kami untuk mengangkat tema tentang Syahadat Rasul. Untuk mengajak kembali memahami maksud kalimat muhammad Rasulullah. Lalu menerapkannya dalsm kehidupan nyata.

Semoga kita termasuk golongan umat rasulullah yang beliau akui. Yang bisa kita buktikan saat berada di haud beliau nanti. Amin ya rabbal alamin. Wallahu Ta’ala ‘Alam

https://www.an-najah.net/edisi-170/

edisi 170

Bahaya Sifat Bakhil Dan Kikir Yang Diperturutkan

Sifat Bakhil

An-najah.net – Sifat bakhil itu berbahaya baik di dunia dan akhirat. Akibat bakhil yang diperturutkan akan mencelakan diri pelakunya. Ia akan mendapat adzab diakhirat.

Bakhil dalam bahasa arab biasa disebut dengan as syuhha yang artinya bakhil. Sedang dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain. [ Afatun ‘ala thariq bab : syuhha ]

Sifat Bakhil
Bakhil

Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan ummat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup cuek inilah yang menjadikan kita tidak peka terhadap sesama. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan serba ada, dan tidak memikirkan kebutuhan saudaranya yang lain.

Karena sebab itulah muncul berbagi bentuk kebahilan pada ummat islam ini. Bakhilnya seorang da’I untuk menyampaikan kebenaran karena takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepemimpinannya guna membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Orang yang bakhil tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah!

Islam Membenci sifat Bakhil

Islam sangat membenci sifat bakhil. Karena sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi islam. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim).

Baca juga (Menyelamatkan diri dari kehancuran)

Jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Akibat kebakhilan

Ada beberapa akibat bakhil pada diri manusia, diantaranya ;

Pertama : Bakhil Mengakibatkan Menyeret pelakunya terjerumus kedalam berbagai perbuatan dosa.

Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari berbagai perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta’ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan diri dengannya. Nabi sallallahu alaihi wasallam juga telah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan membawa kita pada berbagai perbuatan dosa dan kehinaan. Beliau bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan : memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya. [ HR. Abu Daud ]

Karena pahamnya Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu tentang akibat kebakhilan ini, ada sebuah riwayat dari Abi Hayyaj al asadi beliau berkata : suatu hari aku berthowaf di baitullah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a : Allahumma qinii syukha nafsi [ ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan ] tidak menambah dari itu. Aku katakan kepadanya, kenapa ?. kemudian ia berkata : sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran : tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut adalah Andurrahman bin ‘Auf. [ Dikeluarkan oleh Ibnu jarir dalam Jaami’ul bayan : 228/12/28 ].

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah. Jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Kedua : Bakhil mendapatkan Adzab yang pedih di akhirat .

Kebahilan tidak hanya mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan kegoncangan dan ketidak tenangan. Akan tetapi musibah tersebut terus menyiksa pelakunya hingga kenegeri akhirat dengan adzab yang pedih di neraka. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [ QS. Ali Imaran : 180 ].

Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta’ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah bahkan akan bertambah dan diberkati. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah. Jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Ketiga : Bakhil dapat Dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta’ala.

Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekikiran akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfaq, Allah akan kuatkan keimanannya karena yakin bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا “Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” [Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits shahih lighairihi.”]. Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap penyeru untuk berinfaq dan shadaqah. Bahkah jika dia melihat saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebenarnya menjadi harta dia yang akan mengikuti sampai akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri. Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah Ta’ala

Itulah beberapa musibah yang akan menimpa orang-orang bakhil di dunia dan di akhirat. Denga
n mengetahui bahaya bakhil tersebut, kita berusaha untuk menjauhi kebakhilan tersebut. Menjauhi teman-teman yang bakhil dan juga lingkungan yang bakhil karena teman dekat akan sangat mempengaruhi jiwa kita untuk menjadi bakhil.

Tidak cukup hanya mengetahui bahaya bakhil, tetapi juga berusaha untuk mengobati penyakit ini agar tidak menjangkiti diri kita, keluarga dan juga masyarakat kita.

Dengan melihat berbagai kehancuran yang akan dialami oleh orang yang bakhil di dunia dan akhirat, yakin terhadap janji Allah terhadap pahala yang akan didapatkan, serta membaca kisah orang-orang yang telah menginfakkan sebagian besar harta mereka untuk perjuangan islam, insyaAllah diri kita terhindar dari sifat bakhil.

Disamping berusaha, kita juga harus berdo’a agar dijauhkan dari kebakhilan. Diantara do’a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur. [ HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35 ].

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita dalam melakukan kebaikan, melapangkan dada kita untuk berinfaq dan menjauhkan kita dari kebakhilan. Tidaklah seseorang dimudahkan dalam berinfaq kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang disempitkan karena kebakhilan kecuali atas kehendak-Nya.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ.

[ Amru ]

https://www.an-najah.net/bahaya-sifat-bakhil-yang-diperturutkan/

PENYUCIAN DIRI

PENYUCIAN DIRI

Dua jenis penyucian: Pertama zahir, ditentukan oleh peraturan agama dan dilakukan dengan membasuh tubuh badan dengan air yang bersih. Keduanya ialah penyucian batin, diperolehi dengan menyedari kekotoran di dalam diri, menyedari dosanya dan bertaubat dengan ikhlas. Penyucian batin memerlukan perjalanan kerohanian dan dibimbing oleh guru kerohanian.

Menurut hukum dan peraturan agama, seseorang menjadi tidak suci dan wuduk menjadi batal jika keluar sesuatu dari rongga badan. Ini perlu diperbaharui dengan wuduk. Dalam hal keluar mani dan darah haid mandi wajib diperlukan. Dalam hal lain, bahagian tubuh yang terdedah – tangan, lengan, muka dan kaki – mesti dibasuh. Mengenai pembaharuan wuduk Nabi s.a.w bersabda, “Pada setiap pembaharuan wuduk Allah perbaharui kepercayaan hamba-Nya yang cahaya iman digilap dan memancar dengan lebih bercahaya”. Dan, “Mengulangi bersuci dengan wuduk adalah cahaya di atas cahaya”.

Kesucian batin juga boleh hilang, mungkin lebih kerap daripada kesucian zahir, dengan sifat buruk, buruk perangai, perbuatan dan sifat yang merosakkan seperti sombong, takabur, menipu, mengumpat, fitnah, dengki dan marah. Perbuatan secara sedar dan tidak sedar memberi kesan kepada roh: mulut yang memakan makanan haram, bibir yang berdusta, telinga yang mendengar umpatan dan fitnah, tangan yang memukul, kaki yang membawa kepada kejahatan. Zina, yang juga satu dosa, bukan sahaja dilakukan di atas katil. Nabi s.a.w bersabda, “Mata juga berzina”.

Bila kesucian batin ditanamkan demikian dan wuduk kerohanian batal, membaharui wuduk demikian adalah dengan taubat yang ikhlas, yang dilakukan dengan menyedari kesalahan sendiri, dengan penyesalan yang mendalam disertai oleh tangisan (yang menjadi air yang membasuh kekotoran jiwa), dengan berazam tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, berhasrat meninggalkan semua kesalahan, dengan memohon keampunan Allah, dan dengan berdoa agar Dia mencegahnya daripada melakukan dosa lagi.

Sembahyang adalah menghadap Tuhan. Berwuduk, berada di dalam keadaan suci, menjadi syarat untuk bersembahyang. Orang arif tahu penyucian zahir sahaja tidak memadai, kerana Allah melihat jauh ke dalam lubuk hati, yang perlu diberi wuduk dengan cara bertaubat. Firman Allah:
“Inilah apa yang dijanjikan untuk kamu, untuk tiap-tiap orang yang bertaubat, yang menjaga (batas-batas)”. (Surah Qaaf, ayat 32). Penyucian tubuh dan wuduk zahir terikat dengan masa kerana tidur membatalkan wuduk. Penyucian ini terikat dengan siang dan malam bagi kehidupan di dalam dunia. Penyucian alam batin, wuduk bagi diri yang tidak kelihatan, tidak ditentukan oleh masa. Ia untuk seluruh kehidupan – bukan sahaja kehidupan sementara di dunia tetapi juga kehidupan abadi di akhirat.

http://tamansufi.tripod.com/asrar16.html

TIADA KESEMPURNAAN TANPA IKHLAS

TIADA KESEMPURNAAN TANPA IKHLAS


TANAMKAN WUJUD KAMU DALAM BUMI YANG TERSEMBUNYI KERANA  YANG TUMBUH DARI SESUATU YANG TIDAK DITANAM ITU TIDAK SEMPURNA HASILNYA.

Hikmat yang lalu mengarahkan pandangan kita kepada ikhlas. Ikhlas menjadi kekuatan yang menghalau syirik Jalan syirik adalah kepentingan diri sendiri. Oleh itu diri sendiri mesti diperhatikan bagi mengelakkan berlakunya syirik. Bila kepentingan diri sendiri boleh
ditundukkan baharulah muncul keikhlasan.


Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? ( Ayat 21 : Surah adz-Dzaariyaat )Hikmat 11 mengajak kita menyelami persoalan yang lebih halus iaitu hakikat diri kita sendiri atau kewujudan kita. Kita dijadikan daripada tanah, maka kembalikan ia (jasad) kepada tanah, iaitu ia (jasad) harus dilayani sebagai tanah supaya ia tidak mengenakan tipu dayanya. Apabila kita sudah dapat menyekat pengaruh jasad maka kita hadapi pula roh kita. Roh datangnya daripada Allah s.w.t, kerana roh adalah urusan Allah s.w.t, maka kembalikan ia kepada Allah s.w.t. Apabila seseorang hamba itu sudah tidak terikat lagi dengan jasad dan roh maka jadilah dia bekas yang sesuai untuk diisi dengan Allah s.w.t.
Pada awal perjalanan, seseorang pengembara kerohanian membawa bersama-samanya sifat-sifat basyariah serta kesedaran terhadap dirinya dan alam nyata. Dia dikawal oleh kehendak, pemikiran, cita-cita, angan-angan dan lain-lain. Anasir-anasir alam seperti galian, tumbuh-tumbuhan dan haiwan turut mempengaruhinya. Latihan kerohanian menghancurkan sifat-sifat yang keji dan memutuskan rantaian pengaruh anasir-anasir alam. Jika diperhatikan Kalam-kalam Hikmat yang lalu dapat dilihat bahawa hijab nafsu dan akal yang membungkus hati sehingga kebenaran tidak kelihatan. Akal yang ditutupi oleh kegelapan nafsu, iaitu akal yang tidak menerima pancaran nur, tunduk kepada perintah nafsu. Nafsu tidak pernah kenyang dan akal sentiasa ada jawapan dan alasan. Hujah akal menjadi benteng yang kukuh buat nafsu bersembunyi. Jangan memandang enteng kepada kekuatan nafsu dalam menguasai akal dan pancaindera. Al-Quran telah memberi peringatan mengenainya:@Nampakkah (wahai Muhammad) keburukan keadaan orang yang menjadikan hawa nafsunya: tuhan yang dipuja lagi ditaati? Maka dapatkah engkau menjadi pengawas yang menjaganya jangan sesat? Atau adakah engkau menyangka bahawa kebanyakan mereka mendengar atau memahami (apa yang engkau sampaikan kepada mereka)? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan (bawaan) mereka lebih sesat lagi. ( Ayat 43 & 44 : Surah al-Furqaan )Dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. Tetapi ia bermati-mati cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah seperti anjing, jika engkau menghalaunya: ia menghulurkan  lidahnya termengah-mengah, dan jika engkau membiarkannya: ia juga menghulurkan lidahnya termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlan kisah-kisah itu supaya mereka mahu berfikir. ( Ayat 176 : Surah al-A’raaf )Manusia yang menerima ayat-ayat Allah s.w.t yang seharusnya menjadi mulia telah bertukar menjadi hina kerana mereka memperturutkan hawa nafsu. Ayat-ayat Allah s.w.t yang diketahuinya memancarkan cahaya pada hati dan akalnya tetapi kegelapan nafsu membungkus cahaya itu. Di dalam kegelapan nafsu, akal mengadakan hujah bagi mendustakan ayat-ayat Allah s.w.t yang dia sendiri mengetahuinya. Allah s.w.t mengadakan perbandingan yang hina bagi orang yang seperti ini. Mereka adalah umpama anjing yang tidak boleh berfikir dan tidak bermaruah. Buruk sekali pandangan Allah s.w.t terhadap orang yang mempertuhankan nafsunya. Nafsu yang tidak mahu kenyang adalah umpama anjing yang sentiasa menjulurkan lidahnya, tidak memperdulikan walaupun dihalau berkali-kali. Allah s.w.t mewahyukan ayat-ayat yang menceritakan tentang kehinaan manusia yang menerima ayat-ayat-Nya tetapi masih juga memperturutkan hawa nafsu, supaya cerita yang demikian boleh memberi kesedaran kepada mereka. Jika mereka kembali sedar, mereka akan keluar daripada kegelapan nafsu. Berpandukan ayat-ayat Allah s.w.t yang sudah mereka ketahui mereka akan temui jalan yang benar. Ayat-ayat yang diturunkan Allah s.w.t memberi pengertian kepada Rasulullah s.a.w bahawa cendikiawan Arab yang menentang baginda s.a.w berbuat demikian bukan kerana tidak dapat melihat kebenaran yang baginda s.a.w bawa, tetapi mereka dikuasai oleh hawa nafsu. Cahaya kebenaran yang menyala dilubuk hati ditutupi oleh kegelapan nafsu. Orang yang telah menerima cahaya kebenaran tetapi mendustakannya itulah yang diberi perumpamaan yang hina oleh Allah s.w.t. Menurut cerita daripada Ibnu Abbas, pada zaman Nabi Musa a.s ada seorang alim bernama Bal’am bin Ba’ura. Allah s.w.t telah mengurniakan kepada Bal’am rahsia khasiat-khasiat nama-nama Allah Yang Maha Besar. Nabi Musa a.s dan kaum Bani Israil, setelah selamat daripada Firaun, sampai hampir dengan negeri tempat tinggal Bal’am. Raja negeri tersebut ketakutan, takut kalau-kalau negerinya diserang oleh kaum yang telah berjaya menewaskan Firaun. Setelah bermesyuarat dengan penasihat-penasihatnya  Raja tersebut memutuskan untuk meminta pertolongan Bal’am agar Bal’am menggunakan ilmunya untuk mengalahkan Nabi Musa a.s. Bal’am yang pada mulanya enggan berbuat demikian tetapi akhirnya bersetuju juga setelah isteri kecintaannya menerima sogokan daripada Raja. Bal’am dengan kekuatan ilmunya dan kemujaraban doanya telah mengenakan sekatan kepada Nabi Musa a.s. Menurut cerita, doa dan perbuatan Bal’am dimakbulkan Allah s.w.t dan ia menjadi sebab kaum Nabi Musa terperangkap di Padang Teh beberapa tahun lamanya. Apabila Nabi Musa a.s mendoakan agar kaumnya dilepaskan daripada sekatan tersebut, Allah s.w.t memakbulkan doa tersebut dan pada masa yang sama laknat turun kepada Bal’am. Sebahagian orang menganggap cerita di atas sebagai cerita Israiliat. Rasulullah s.a.w menentukan dasar bahawa cerita ahlul kitab tidak dibenarkan dan tidak didustakan. Cerita tersebut dibawa sekadar menunjukkan sejauh mana kekuatan nafsu menutup pandangan hati sehingga Bal’am sanggup menentang Nabi Musa a.s walaupun dia mengetahui kebenarannya, sebagaimana cendikiawan Arab menentang Rasulullah s.a.w sekalipun hati kecil mereka menerima kebenaran baginda s.a.w.
Menundukkan nafsu bukanlah pekerjaan yang mudah. Seseorang itu perlu kembali kepada hatinya, bukan akalnya. Hati tidak akan berbohong dengan diri sendiri sekalipun akal menutupi kebenaran atas perintah nafsu. Kekuatan hati adalah ikhlas. Maksud ikhlas yang sebenarnya adalah:Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan  sekalian alam”. ( Ayat 162 : Surah al-An’aam )Dalam ikhlas tidak ada kepentingan diri. Semuanya kerana Allah s.w.t. Selagi kepentingan diri tidak ditanam dalam bumi selagi itu ikhlas tidak tumbuh dengan baik. Ia menjadi sempurna apabila wujud diri itu sendiri ditanamkan. Bumi tempat menanamnya adalah bumi yang tersembunyi, jauh daripada perhatian manusia lain. Ia adalah umpama kubur yang tidak bertanda.



http://alhikam0.tripod.com/hikam011.html

22 KESAN DOSA (III)

22 KESAN DOSA (III)

Firman Allah seterusnya yang bermaksud:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, iaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka             membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhan Mu menghendaki,             nescaya mereka tidak mengerjakan-nya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.   (Al- An’aam : 112)

“Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertaubat dan beristighfar,  hatinya akan kembali putih bersih.   Jika ditambah dengan dosa lain,  noktah itu pun bertambah hingga  menutupi hatinya.Tahukah Anda sekalian apa akibat yang menimpa diri kita jika kita melakukan maksiat? Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti tentang hal ini.

 “Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan satu noktah warna hitam.

Jika dia bertaubat dan beristighfar,  hatinya akan kembali putih bersih.    Jika ditambah dengan dosa lain,  noktah itu pun bertambah hingga            menutupi hatinya. Tahukah Anda sekalian apa akibat yang menimpa diri kita jika kita melakukan maksiat?  Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti  tentang hal ini. Menurutnya, ada 22    akibat yang akan menimpa diri kita. Kerana itu, renungkahlah, wahai para-para sahabat . Sambungan dari SIRI (II) :

17. Maksiat menghalangi syafaat Rasulullah dan Malaikat.

Kecuali,  bagi mereka yang bertaubat dan kembali kepada jalan yang lurus. Allah SWT  berfirman,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang  berada di

sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman sambil   mengucapkan:

‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan  peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami dan masukkanlah mereka ke dalam syurga Adnin yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh diantara

suami-suami  mereka, isteri-isteri mereka dan  keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.” (Al-Mukmin: 7-9)

18. Maksiat melenyapkan rasa malu.Padahal, malu adalah pangkal kebajikan.

Jika rasa malu telah hilang dari diri kita, hilanglah seluruh kebaikan dari diri kita. Rasulullah bersabda, “Malu itu merupakan kebaikan  seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu,  berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari)

19. Maksiat yang kita lakukan adalah bentuk meremehkan Allah.

Jika kita melakukan maksiat, secara sedar atau tidak, rasa untuk  mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati kita.

Ketika kita  bermaksiat, kita secara sedar atau tidak sedar, kita telah           memandang remah terhadap  ancaman azab  Allah. Kita mengacuhkan bahawa Allah Maha Melihat segala perbuatan kita. Sesungguhnya ini merupakan penderhakaan yang luar biasa  terhadap Dzat Allah SWT.

20. Maksiat memalingkan perhatian Allah atas diri kita..

Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat               berteman dengan syaitan. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”  ( Al-Hasyir: 19)

21. Maksiat melenyapkan nikmat dan mendatangkan azab.

Allah SWT berfirman, “Dan apa sahaja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebahagian besar (dari kesalahan-kesalahan mu).” (Asy-Syura: 30)

Saidina Ali r.a. berkata, “Tidaklah turun bencana melainkan kerana dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan kerana taubat.” Kerana itu, bukankah sekarang waktunya bagi kita untuk segera bertobat dan             berhenti dari segala maksiat yang kita lakukan?Allah SWT.

22 . MAKSIAT MEMALINGKAN KITA DARI ISTIQOMAH BERIBADAH

Maksiat memalingkan diri kita dari sikap istiqamah beribadat beribadat kepada Allah SWT, kita hidup di dunia ini sebenarnya bagaikan seorang

peniaga dan peniaga yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi

Saudaraku, siapakah yang sanggup membeli diri kita dengan harga tinggi selain Allah?

Allah-lah yang mampu membeli diri kita dengan bayaran kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjual dirinya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, sungguh ia telah tertipu!

Renungkanlah…

Semoga Allah menjaga kita semua dari perbuatan maksiat.

Amin.Muaz bin Jabal r.a, beliau berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Telah berfirman Allah SWT :

‘Telah berhaklah cinta-Ku orang-orang yang saling mencintai kerana Aku, saling bermajalis kerana Aku, saling menziarahi kerana Aku dan saling berkorban kerana Aku’.”  (al-Muwaththa Imam Malik 2/94)1

SEMOGA MEMBERI MANFAAT KEPADA SEMUA PIHAK